Cerita ini telah viral, jadi Admin tidak tahu sumbernya dari mana, mudah-mudahan ada hikmahnya.
Sore kemarin ada yang menarik terjadi.
Saya naik angkot Riung Bandung dari simpang dago. Dikarenakan kursi di depan kosong, jadilah saya pilih duduk di depan, di samping pak sopir. Awalannya tidak ada interaksi positif yang berlangsung, hingga pada akhirnya mobil sampailah di sekitaran gedung sate.
Angkot |
(Aslinya percakapan gunakan bahasa Sunda, namun saya translate serta kumpulkan agar lebih ringkas... percakapan berlangsung nyaris sepanjang dua jam.)
" Ingin turun dimana? ", tanyanya pada saya. " Riung, pak ". " Neng, Bu, turun dimana? ", tanyanya pada penumpang yang lain. " Kiara condong. ". Tak ada yang aneh saya rasa dengan pertanyaan itu.
Cocok di depan Pusdai, angkot tidak belok kanan ke jalan Citarum namun lurus ke Supratman, jalan lebih pendek namun konsekwensi tidak bisa dapat muatan. Jadilah saya ajukan pertanyaan, " Ingin segera pulang pak? ". " Tidak, saya ngepasin waktu, ingin shalat Maghrib. Bila cuma hingga Kiara condong perasaan masihlah cukup. ", Jleb... cukup menohok jawabannya.
(Komentar saya tidak dimasukkan, soalnya tidak perlu nambah nilai pembicaraan ini...)
" Bila sudah biasa shalat terlebih berjamaah mah rasa-rasanya ada beban bila sudah masuk waktu shalat masihlah di jalan. Saya mah kalau masuk waktu shalat insya Allah mengupayakan untuk berhenti dahulu. Terlebih Maghrib yang waktunya pendek. Ya, sebelumnya mohon maaf dahulu sama semua penumpang yang saya turunkan di jalan. Semuanya penumpang tidak bakal saya tarik bayaran, bayarnya ke angkot selanjutnya saja. "
" Tidak perlu rasa-rasanya sangat semangat mencari duit, hingga mengorbankan kewajiban paling utama kita. Mencari nafkah itu harus, namun shalat lebih harus. Yang utama itu bawa rezeki yang barokah. Bawa 100 ribu atau 10 ribu asal barokah mah insyaallah berguna. Allah itu tidak akan marah bila kita mati tidak miliki mobil atau tidak punya tempat tinggal. Namun Allah akan marah bila kita mati tidak punya iman. Bahkan juga Rasulullah juga pernah berdoa agar dimatikan dalam kondisi miskin agar hisabnya ringan. "
Tidak lama sampailah kami di Kiara condong, semuanya telah turun terkecuali saya. " Maaf atuh mas, hanya dapat ngantar hingga Kiara condong. ". " Sekalian saya juga ingin shalat kok pak, bareng saja. ". Lantas kami shalat di pom bensin paling dekat. Sesudah shalat, saya dibelikan kopi di tukang rokok langganannya di tepi rel. Lanjutlah kami mengobrol.
" Saya mah bawa mobil ini mah anggap saja sebagai jembatan shirotol mustaqim, yang akan melalukan saya ke kehidupan setelah itu. Saya juga menginginkan agar mobil ini jadi saksi bila saya ini banyak melaksanakan ibadah. Mobil ini telah seringkali berhenti di banyak masjid. Saya pernah sebelumnya miliki banyak mobil, ada yang angkot ada yang mobil umum. Namun ya kok tidak bikin saya tenang, soalnya saat itu mobil-mobil itu terkait dengan riba. Pada akhirnya saya terlepas semua. Mendingan satu ini saja tetapi bebas dari riba. "
" Saya mah bila di jalan, cocok mobil kosong ya umum saja, tidak jadi kesel bila mobil rekan penuh. Lha kan kita sempat juga rasakan angkotnya penuh. Terkadang rekan-rekan sukai ada yang jengkel bila mobilnya kosong sedang yang lain penuh. Walau sebenarnya bila gitu bermakna kita miliki penyakit hati. Saya mah senantiasa minta sama Allah agar dijauhkan dari penyakit hati seperti itu. "
" Cocok kita kelak mati mah yang dibawa kan hanya harta yang dibelanjakan di jalan Allah, pengetahuan yang diamalkan serta di ajarkan serta anak Sholeh yang mendoakan. Namun ingat, bila ingin miliki anak shaleh, orang tuanya mesti shaleh dahulu. Apa yang dikerjakan anak itu mungkin saja cerminan tingkah laku kita. "
" Kita itu mesti banyak beramal, agar usia kita panjang. Bukanlah bermakna usia badan kita, namun usia dari kebaikan yang kita kerjakan yang selalu bakal berikan faedah serta diingat oleh orang yang ditinggalkan. "
Selalu kami mengobrol hingga pada akhirnya sampailah kami di Riung Bandung. Ah rasa-rasanya masihlah kurang lama saya menimba pengetahuan dari beliau. Semoga perjalanan ayah sehari-hari dari Riung ke Dago jadi perjalanan beribadah serta dakwah. Serta pengetahuan yang di sampaikan selalu memberi faedah buat semua...
Photo Dakwah Islam.
Cerita ini telah viral, jadi Admin tidak tahu sumbernya dari mana, mudah-mudahan ada hikmahnya.
Reviewed by ratno
on
19.15
Rating: